top of page

Berdamai

#JJR_Episode 8

 “Kamu hidup saat ini, pada waktu ini, you live in the present.” Aya tiba-tiba mengingat kalimat itu yang pernah diucapkan seseorang pada dirinya. Aya menghentikan langkahnya dan berusaha mengatur napasnya setelah lelah berlari. Itu salah satu kegiatan rutinya, lari pagi di jalan yang terkenal angker disepanjang hutan Aokigahara. Aya tidak peduli orang beranggapan apa tentang hutan itu… Aya selalu berpikir bahwa hutan itu adalah hutan favoritnya. Sebenarnya kebiasaan lari pagi Aya baru ada beberapa minggu ini, Aya melakukan itu karena dua hal, pertama lari secara harfiah dan lari dalam artian lain. Aya berlari untuk menenangkan pikirannya, tubuh Aya berlari, dan pikiran Aya berusaha untuk pergi dari semua masalahnya. Aya memilih berlari dari masalah itu sejenak. Masalah di masa lalu yang seperti ombak besar menggulungnya dalam perasaan sedih, kecewa, marah, bersalah dan semua hal negatif yang dapat membuatnya tenggelam.


Saat ini, Aya berusaha mengatur nafasnya, di halte favoritnya, dan kalimat “Kamu hidup hari ini” yang pertama kali terpintas dipikirannya. "Iya ya, benar juga." “Aku hidup sekarang, dan Aku hidup untuk hari ini” ucap Aya pelan kepada dirinya sendiri. Pikiran Aya melayang pada beberapa tahun lalu….berusaha mengingat detail kejadian saat seseorang mengatakan kalimat itu.

“Ayaaa!!! Hisashiburi” Teriakan riang Melysa membuyarkan lamunan Aya. Melysa menghampiri Aya dan tanpa babibu langsung duduk disebelahnya.

“Eh gomen ne, Kamu tampak terkejut, daijoubu desu ka?” lanjut melysa.

 “Oh, Ah, daijobu, aku hanya kaget kamu tiba tiba datang” jawab Aya

“Oke, kamu sedang memikirkan apa?”Ucap Melysa penasaran sambil menggerang-gerakan sepatu boot merah yang dipakainya.

“Bukan apa-apa”jawab Aya singkat

“Ayolah ceritakan saja padaku” ucap Melysa sambil tersenyum. “Kamu tahu kan kalau kamu bisa cerita apapun padaku?” tambah Melysa. Ia memang punya pendirian yang kukuh dan paling tidak bisa melihat Aya bersedih. Melysa akan selalu berusaha menghibur Aya ketika Ia melihatnya bersedih. Melysa selalu ada untuk Aya.

“Baiklah” jawab Aya.


Aya bercerita tentang pengalamannya 3 tahun silam, tepatnya 2 tahun setelah Ia bertemu pria itu. Aya menjelaskan pada Melysa tentang apa yang terjadi, Aya juga menceritakan tentang seseorang yang pernah mengatakan kalimat itu. Kisah Aya dengan pria itu, tidak semulus yang Aya pernah sangka. Aya bahkan sempat membenci dirinya sendiri dan menyalahkan situasi karena hal tersebut. Aya sempat terjatuh di “lubang gelap” yang sangat Ia benci. Ketika Aya berada pada lubang tersebut, rasanya semua hal buruk terjadi yang menghantamnya bertubi-tubi, membuat jiwanya lelah, menguras banyak air mata dan luka batin yang dalam. Sebenarnya kejadian 2 tahun silam bukan karena pria itu saja, tapi banyak hal. Banyak sekali yang membuat jiwa Aya rapuh saat itu, dan Aya terjatuh pada lubang kegelapan yang paling ia benci.


“Namun, aku tersadar sekarang, bahwa aku hidup hari ini, dan aku hidup untuk hari ini. Aku tidak perlu menyesali kejadian masa lalu, atau pun terlalu mengkhawatirkan masa depan. trauma-trauma masa lalu itu, biarlah menjadi kenangan masa lalu, Aku juga tidak harus mencoba untuk menghapus kenangan itu, karena itu mustahil—yang ku lakukan sekarang adalah berlari sejauh mungkin meninggalkan masa lalu itu.”


“I’m sorry Ay, aku tidak tahu kamu punya trauma-trauma itu di masa lalu” ujar Melysa prihatin, Ia juga tampak sedih karena melihat Aya berkaca-kaca. Melysa sedih melihat temannya berusaha menahan tangis, berusaha kuat. Melysa tau betul bahwa Aya selama ini sok kuat menghadapi semuanya sendirian.

“it’s okay” Aya mencoba tersenyum. “Aku sekarang belajar untuk memeluk trauma itu dengan hati yang lebih lapang. Diriku yang dulu memiliki ketakutan terhadap trauma itu, dan aku berpikir bahwa trauma itu akan terjadi lagi di masa depan. Tapi Aku sadar sekarang, aku belajar banyak dari trauma itu.” Lanjut Aya


“Karena aku hidup hari ini, masa lalu itu biarlah berlalu, trauma itu sudah jauh tertinggal dibelakang. Aku hidup hari ini, dan aku tidak perlu mengkhawatirkan masa depan yang belum kulalui, bahkan sok tau bahwa trauma itu akan muncul lagi di masa depan. Diriku yang sekarang belajar bahwa, kejadian traumatis itu bisa kujadikan pembelajaran, menghambil hikmahnya. Diriku yang sekarang akan bersiap untuk menghadapi masa depan. Jikalau ada kejadian yang akan membuatku trauma atau mengingatkanku akan trauma yang lama, aku akan menghadapinya dengan diriku yang lebih kuat sekarang. Aku akan mengatasi masa depan dengan pembelajaran masa lalu yang telah kudapatkan, sehingga di masa depan aku tidak terjatuh di lubang yang sama. Walaupun ada hal-hal tidak menyenangkan terjadi di masa depan dan beresiko mengingatkanku akan kejadian traumatis, Aku akan menghadapinya dengan diriku yang sekarang telah belajar dari masa lalu.” Aya mengatakan hal tersebut dengan keyakinan kuat.


“Kamu benar sekali Ay, kamu sangat bijak. Trauma itu bukan membuatmu lemah tetapi memberikan kekuatan pada dirimu. Kamu hebat bisa mengatasi trauma itu, walau ku tau kau selalu mencoba kuat menghadapi trauma itu sendirian” Ujar Melysa. Ia menghapus air mata Aya yang merembes dipipinya karena Aya tadi berbicara sangat emosional. Melysa tersenyum, “Aku bangga padamu Ay, kamu sangat kuat menghadapi kejadian traumatis yang sempat menghantuimu. Aku bangga punya teman sepertimu yang mampu tetap berdiri menghadapi dan berusaha berdamai dengan masa lalu mu” kalimat Melysa menenangkan Aya.


“Terima kasih Mel” Jawab Aya sambil tersenyum dan berusaha menghapus air matanya juga.

“Kamu teman yang baik Ay. Terima kasih telah menjadi temanku” ujar Melysa

“Aku yang terima kasih, Mel. Kamu selalu ada disampingku ketika aku bersedih” Aya melihat Melysa yang duduk disampingnya.

“Kamu tidak perlu berterimakasih akan hal itu, Aku selalu ada untukmu Ay” jawab Melysa.


Mereka berdua pun melanjutkan berbincang-bincang di halte tua tersebut sampai matahari mulai lelah dan tenggelam di ufuk barat,meninggalkan goresan senja yang terlalu indah untuk diabaikan.


Hari ini, Aya berdamai dengan masa lalunya.

Stories : Text

Perjalanan.

#JJR_Episode 7

Aya memulai harinya dengan tersenyum, Ia menatap dirinya di cermin berusaha meyakinkan diri bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik. "Aku bisa melakukannya." ucapnya dalam hati sambil tersenyum. Aya mungkin terlihat ceria dari luar, selalu tersenyum menghadapi semua masalah, bersikap dewasa dan tidak mudah panik. Namun, tak banyak orang tahu bahwa perjalanan panjang lah yang membuatnya dapat terlihat  se-tegar ini.


Perjalanan. Perjalanan Aya yang sungguh tak mudah. Malam-malam panjang diliputi kegelisahan, air mata yang mengalir deras tanpa suara----Aya yang berusaha menahan air matanya karena lelah menangis, tangisan hati dalam diam. Hari hari panjang yang amat melelahkan, seakan perjalanan itu tidak ada ujungnya. Masa-masa itu membuat Aya merasa lelah untuk menjalani hidupnya. Keputusasaan yang kian menghampiri hati, menghadirkan kegilisahan, hingga rasanya kaki tak sanggup lagi berdiri.


Pernahkan kamu merasa ujian seakan banyak sekali, dan datang bertubi-tubi? Seperti gelombang air yang datang menggulung, langit gelap, petir yang menyambar---menggelegar, membuatmu takut akan situasi itu. Aya pernah berada di situasi itu, Ia merasa hidupnya sangat suram, ia tidak bisa melihat keindahan cahaya mentari. Perjalanan hidupnya yang satu itu sungguh sulit untuk dilewati.

Banyak orang yang melihat Aya sebagai pribadi yang sangat kuat, namun sedikit yang tahu sebenarnya ia rapuh. Kadangkala, kita hanya melihat apa yang tampak dari seseorang dan menilainya berdasarkan perilaku yang terlihat saja. Berapa banyak orang tahu bahwa sebenarnya Aya sangat rapuh dan sering menangis dalam diam? Aya hanya pintar menyembunyikan air matanya dari kebanyakan orang. Ia selalu berusaha tegar dan kuat kepada banyak orang.


Lagi-lagi ini soal perjalanan, perjalanan hiduplah yang membuat seseorang berubah entah menjadi lebih baik atau buruk. Setiap perjalanan hidup menyisakan pembelajaran, hanya bagaimana seseorang itu menyikapinya. Beberapa orang mungkin merasa perjalanan nya saat ini menyenangkan dan sangat menikmatinya. Banyak orang merasa perjalanan hidupnya melelahkan, membuatnya berputus asa karena banyaknya rintangan

Kadang, perjalanan memang seperti itu. Dalam artian yang sebenarnya, perjalanan sering kali banyak rintangan. Bayangkan saja ketika kita menempuh perjalanan panjang, pasi ada jalanan yang mulus, ada yang bergeligir, ada jalanan berlubang, ada jalanan mendaki dan menurun. Namun, bila kita melewati jalan yang penuh lubang dan rintangan, bukan berarti kita bisa berputus asa dengan mengakhiri perjalanan, bukan? Kita mungkin lelah dengan perjalanan itu, berhenti sejenak tidak masalah. Berpikir sejenak, bertanya pada diri sendiri dan mencari cara lain untuk menemukan cara melewati rintangan perjalanan itu. Kita mungkin berpikir apakah kita salah jalan? Atau kit aberada dijalan yang tepat namun memaang ini rintangan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan? Tujuan perjalanan yang selama ini kita idamkan? Yang kita harapkan?


Bicara tentang tujuan, saat itu Aya masih ragu dengan tujuan. Tujuan perjalanan hidupnya, Ia seperti terombang-ambing dalam lautan luas dengan skoci kecilnya. Riskan sekali tenggelam bukan? Begitulah perasaan Aya saat melawati perjalanan tersuram dalam hidupnya. Namun, satu yang masih membuat Aya bertahan untuk melanjutkan hidupnya yang terasa suram kala itu. Harapan. Iya, Aya percaya bahwa harapan akan selalu datang. Hatinya selalu berharap kepada Tuhan bahwa harapan akan hadir. Harapan bahwa perjalanan suran itu akan berakhir. Harapan itu menjadi kekuatan bagi Aya, dan Ia membujuk dirinya sendiri untuk lebih kuat dan berbisik kepada hati kecilnya bahwa “perjalanan ini harus kulalui dengan baik”.


Setelah melewati masa- masa kelam itu, Aya sadar, bahwa perjalanan itulah yang mebuatnya dewasa. Aya tidak lagi membenci masa-masa kelam, Ia memeluk erat luka-luka yang dihasilkan setelah menempuh perjalanan itu.  Ia bahkan bersyukur kepada Tuhan menakdirkan Aya melewati jalan suram itu, dan membantunya melewati jalan gelap melelahkan yang terasa tak berujung. Tuhan yang selalu menjaganya dari rintangan, dari lubang yang tak terlihat karena jalanan gelap tanpa arah yang sempat dilalui Aya, menuntunnya selalu dalam kebaikan. Tuhan memberikan perlindungan dan menguatkan hatinya untuk bisa melewati perjalanan sulit itu. Aya kini, sangat bersyukur atas proses pendewasaan karena perjalanan itu, walau saat melewati perjalanan berat itu, Aya selalu bertanya -tanya kapan perjalanan itu berakhir, kapan titik terang dari terowongan gelap itu muncul. Aya, berhasil melewati perjalanan itu karena Ia tak pernah berputar asa dan mengandalkan Tuhan dalam sujud-sujud panjangnya.


------

“Bagaimana mungkin kamu melupakan hal itu?” celetuk Melysa menyadarkan lamunan Aya. Aya tersentak sebentar hampir saja ia membandingkan stir ke bahu jalan sangking kagetnya.  untungnya Aya tetap tenang lalu berkata “Tidak tau, maaf aku terburu-buru, kadang sesuatu yang diingat-ingat untuk tidak lupa malah itu yang paling terlupakan”. Aya menatap lurus kedepan berupaya fokus menyetir mobil yang akan memasuki terowongan di tengah hutan kota. Hampir saja Aya lupa memberikan novel yang ia janjikan untuk dipinjamkan kepada Melysa. “hufft, padahal kamu sudah janji sebelumnya”—Melysa berkata tidak peduli dengan permintaan maaf Aya. “Iya, aku maaf ya, nanti kalau kita ketemu akan kubawakan”. “ baiklah” – jawabnya singkat. Mobil Aya berjalan pelan melewati terowongan gelap yang diapit oleh hutan kota. Aya kembali melanjutkan perjalanan, meskipun ada rasa khawatir tentang apa yang akan ditemuinya dalam perjalanan itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa, ia akan mampu melewati rintangan itu, seperti dirinya yang dulu kuat bertahan melewati jalanan berlaku yang gelap dan penuh rintangan.

Stories : Text
caucasian-people-photography-photos.jpg

Coming Soon.

MESIN WAKTU.

What happened five years ago? Why did it become tragedic to her? Why was she suffering from that?

#JJR_Episode 6

Stories : Image
Sumber: cutee.net

Prologue

#JiwaJiwaYangRapuh

Banyak hal yang terjadi dalam hidup gadis kecil ini. Ia masih bisa bertahan sampai detik ini berkat sosok yang senantiasa mendampinginya kemanapun nestapa membawanya pergi. Dibalik senyumnya pada dunia, jauh didalam sana jiwanya rapuh seperti sayap kupu-kupu. Ini cerita tentang hidupnya, yang sudah tak sanggup ku pendam dalam diam.

PS: series ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tempat atau kejadian hanya bentuk ketidaksengajaan dan kebetulan semata 

Stories : Image

Mesin Waktu

#JJR_Episode 6

Ketika rindu itu datang..

Apa yang akan kau lakukan?

Mencoba tuk menunggu

Menahan rasa itu

Atau…

Berusaha menghilangkanya

Mencoba membunuh waktu

Untuk melupakannya


Jari Aya terhenti ketika tidak sengaja membaca puisi itu –yang tak sengaja lewat di beranda IG nya. Aya membacanya sekali lagi, dua kali, dan tak terasa matanya mulai berair. Aya terkejut dan berusaha menghapus air matanya. Mungkin ia menangis karena puisi tersebut sangat relate dengan kisahnya. Kisah yang sudah lama berlalu kembali teringat dan menyesakkan dada. Aya mengutuk diri ku beberapa saat, kenapa tiba-tiba baca puisi ini sih? Kilasan cerita itu terulang kembali bak menonton cuplikan drama korea kisah romantis picisan, huh. Aya hanya memandang kosong layar laptop yang berkedip sambil memikirkan cerita itu kembali --yang seharusnya sudah tertimbun rapat dalam kenangan. Aya mengirup aroma teh dan mencicipinya sambil merebahkan punggung pada kursi kafe ---pikirannya melesat jauh ke masa itu.

****


Lima tahun yang lalu.

Saat itu Aya sedang berlari untuk mengejar lampu hijau di zebra cross, aya membawa canvas ukuran duplex yang cukup ribet untuk dibawa--apalagi ia juga menenteng perlengkapan galeri yang lain. Aya membawa lukisan hasil karya seseorang untuk ditampilkan pada Galeri yang akan dimulai pagi ini. Aya merupakan salah satu panitia pameran itu. Acara itu telah ia siapkan sejak sebulan yang lalu, sebagai salah satu syarat tugas akhir dari kampusnya. Itu untuk nilai ujiannya, yang Aya kerjakan semalaman tanpa tidur yang cukup! Aya memang cukup perfeksionis dan detail saat menyusun acara, apalagi dia merupakan project officer-nya. “Huft, damn!” Aya mengumpat pelan,  Ia kesal karen kesiangan pada Hari H acara dan berlari biar ga ketinggalan lampu hijau zebra cross. Tapi cerobohnya, Aya hampir ketabrak mobil.

“TINN…” ah, hampir saja Aya terjatuh karena klakson itu. Ia tidak terjatuh tapi sikunya justru menubruk orang asing yang membuat peralatan galerinya jatuh. AHHHH! Aya refleks bertetiak kencang sampai beberapa orang menoleh ke arahnya, untungnya zebracross saat itu sedang tidak terlalu ramai. Aya pun tak sempat memperhatikan wajah orang yang ia tabrak. Aya lebih khawatir kalau lukisan yang ia bawa rusak dan memungut kuas dan cat yang berserakan. Tidak diduga, orang itu malah membungkuk untuk membantunya mengumpulkan peralatan galerinya. Tapi, Aya berkata dalam hati “ah mungkin dia hanya gamau mobil-mobil itu menunggu lama untuk menyebrang jalan lalu orang-orang pada marah gara-gara aya lama memungut kuas dan cat”.


Setelah itu Aya berjalan bersamaan dengannya sampai penghujung zebra cross. Aya masih menganggap ini hal yang biasa terjadi, sampai dia bilang “Hei, lukisanmu bagus!”Aya akhirnya memperhatikan wajahnya saat itu. Dia tersenyum sambil menyodorkan kuasku yang sempat dia ambil tadi. Aya merasa ada sesuatu dibalik orang ini, sesuatu yang baik tentunya. Aya bisa melihat itu dari cara dia tersenyum kemudian dengan canggung menggaruk kepalanya setelah memberikan kuas itu padaya. Aya dengan ragu bilang “oh ya, terima kasih” dengan nada yang bingung. Setelah itu, Aya pergi dengan berlari kecil menuju tempat galeri. Sepanjang jalan, Aya tidak terlalu memikirkannya, Aya hanya menganggap dia orang baik yang suka lukisannya – meski itu hanya salah paham karena Aya hanya membawa lukisan itu bukan melukisnya. Sesampainya di galeri, Aya berkumpul bersama teman-temannya untuk mempersiapkan acara pembukaan galeri. Yup, Aya sebagai anak seni memang biasa menggelar pameran saat akhir semester. Kali ini tema galerinya tentang “Pursuit Your Dream” yang akan dibuka selama tiga hari di kampusnya. Aya memajang lukisan yang dibawanya ke salah satu spotlight terbaik di pameran itu. Karya itu melukiskan perkotaan dengan latar belakang pegunungan. Lukisan itu menggambarkan tentang mimpi seseorang untuk menikmati hidup yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan stres yang tak berujung dari kehidupan kota. Lukisan itu menggambarkan kerinduan anak kota akan kedamaian pelukan alam. 


Aya memandangi lukisan itu beberapa saat dan tidak lama acara pembukaan galeri pun dibuka. Pameran hari itu pun selesai dengan baik, banyak yang datang mengunjungi galeri dan beberapa orang ada yang singgah di karyanya- mereka menyukai lukisan Aya. Tanpa Aya sadari, salah satu dari puluhan pengunjung hari ini, ada pria itu. Pria yang akan mengubah hidup Aya bagai roller coaster.

Stories : Text
broken.jpg

Dia Tidak Baik-Baik Saja.

#JJR_Episode 5

“Jadi, bagaimana persaanmu terhadapnya sekarang? Kamu masih mengharapkannya?”

“Tidak.” Jawab Aya singkat, tanpa keraguan.

“Aku belajar untuk merelakannya, aku belajar menerima semua kenyataan itu, memeluk memori kelam dengan senyum. Walau itu hanya senyuman palsu.”


“Aku belajar menjadi dewasa dari luka pahit yang kusembunyikan dan berusaha untuk menyembuhkannya, sendiri.” “luka itu menyadarkannku bahwa aku dan diriku tidak seharusnya bersedih, diriku tidak harus menambahkan garam pada luka batin itu”


“Hmm.. aku tidak terlalu mengerti maksudmu Aya, tapi itu kalimat yang bagus, bagaikan puisi” Melysa menanggapi sambil tersenyum dan sedikit tertawa –entah mengapa ia menganggap hal itu lucu. Mukanya memerah menahan tawa, karena melysa tau dia seharusnya tidak tertawa disaat seperti ini. Melysa memang lebih tua 10 tahun darinya, tapi entah mengapa terkadang Aya lebih bisa bersikap dewasa daripadanya.


“Kamu lucu mel, tapi kenapa kamu kayak pengen ketawa gitu”

“Ahh, maaf aku sepertinya ingin tertawa karena kalimatku sendiri, aku tidak menertawakanmu Aya”

Aya pun memperhatikan Melysa yang sedang salah tingkah, ia menggoyang-goyangkan kaki nya dengan cepat dan seperti biasa memakai kaos kaki polkadot dengan sepatu boot merah selutut. Sepatunya senada dengan payung merah disebelahnya yang terlipat dan basah karena hujan sore ini.


“Tapi, kamu baik-baik saja kan sekarang Ay?”

“Ya” Aya menjawab singkat, namun hatinya berkata “Aku ngga baik-baik saja” aku, aku meningat kembali memori suram itu. Pikiran Aya melayang lagi ke peristiwa lima tahun yang lalu. Mengingat kembali kejadian itu, kejadian yang membuat semua luka pahit itu bermula, ada, dan membekas dalam hatinya.  

Stories : Text

Sudut Pandang

26/04/2022

Ketika kau lelah bertahan, ketika kau merasa ujian begitu berat... ketika kau merasa tak sanggup melaluinya.. berhenti sejenak, tenangkan dirimu dari masalah itu. Berpikirlah sejenak bahwa....

Bahwa masalah itu tak sebesar yang kau kira. Bahwa kamu pasti akan kuat melaluinya, bahwa kamu tahu Allah pasti membantumu. Kemudian.... anggaplah masalahmu itu sebagai masalah orang lain. Ubah sudut pandangmu terhadap masalah itu dan anggaplah seperti kamu sedang menyelesaikan masalah orang lain. Karena terkadang sebesar apapun masalah itu, kamu mungkin akan menganggapnya enteng jika orang lain yang merasakannnya. 

Anggaplah dirimu menjadi orang baru yang lebih dewasa, yang dapat menyikapi masalahmu itu...dan membantu diri kecilmu yag selalu menganggapnya sebagai masalah yang besar.

Semua itu memang butuh proses...namun yakinlah dengan merubah sudut pandangmu...kau sedikit banyak akan menemukan berbagai solusi dan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut..aku yakin. kamu. pasti bisa...

aku yakin kamu mampu...aku yakin semua ini ada hikmahnya bagimu..

apaupun itu masalahmu..

Stories : Text

Aku Juga Bodoh.

#JJR_Episode 4

"Aku juga bodoh, Mel." ucap Aya seraya menatap lurus ke depan melihat pemandangan hutan kota. Di sebelahnya ada Melysa yang duduk memandangi jalan beraspal menuju hutan tersebut. Seperti biasa, mereka sedang menghabiskan sore di halte favorit mereka yang berada persis disebrang hutan tersebut. Hutan yang terkenal angker dengan suasana yang mistis. Hutan tempat banyak orang berputus asa dan mengakhiri hidup yang seakan terlalu pahit untuk dijalani. Yap benar, hutan Aokigahara. Tempat terkenal di Jepang yang mencatat banyak sejarah dari akhir hidup manusia. 
"Iya, aku memang bodoh" ulang Aya. Ketika mendengar kalimat itu, Melysa menoleh ke Aya dan berkata "Apa maksudmu? kenapa kau juga bodoh? "
"iyaa, aku bodoh terlalu berharap pada seseorang dan menunggu tanpa kepastian."
"kau juga punya kisah cinta yang pahit?"
"Hahahah, bukan, bukan pahit, hanya tidak happy ending haha"
"oh...maaf" ucap melysa, namun dalam hati ia berkata "sama saja pahit Ay"
...
Lima tahun yang lalu.
Ia kembali menangis dalam diam, tersedu tanpa ada yang mendengar. Di tengah malam yang sunyi, gelap dan dingin. Berusaha menghapus air matanya dengan senyum seperti biasanya, namun kali ini air mata tidak bersahabat dengannya. Ia mengalir dengan deras tanpa tahu tuannya berusaha menghentikannya. Bagai air sungai yang mengalir, semakin Aya mencoba untuk menghentikan tangis nya semakin deras aliran itu mengalir dipipinya. Dia sekarang bahkan memeluk lututnya, berusaha memeluk dirinya sendiri.
Entah apa, entah apa yang membuatnya menangis dengan begitu hebat. Seperti setelah ini dia tidak akan menangis lagi karena kantung air matanya telah kering.
Perasaannya campur aduk. Sedih, kesal dan kecewa. Aya sudah teramat sedih menerima kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa seseorang itu telah pergi. Pergi meninggalkannya. Tanpa pamit, tanpa kata, tanpa ucapan selamat tinggal dan tanpa alasan. Ia kesal padanya, terlebih pada dirinya sendiri. Mengutuknya akan kejadian itu. Kejadian yang mengawali tragedi itu. Kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Ia mengutuk semesta, orang-orang disekitar dan apapun itu. Ia terlampau kesal dengan segala yang terjadi, sesuatu yang memulai api pertengkaran dan kesalahpahaman itu. Hal itu berat, teramat berat bagi Aya yang baru berumur 17 tahun. Terlalu muda untuk memahami dan melihat dunia dengan lebih dewasa. Pikirannya masih dangkal dan labil. Aya merasa dirinya bodoh, kecewa dengan diri sendiri. Mengutuk dirinya sekali lagi.
“Kenapa aku ga bisa berhenti menangis? Kenapa? Apa sih yang membuatku menangis kayak gini” Bentak Aya pada dirinya sendiri. Terdiam. Kaget suaranya terlampau lantang ditengah heningnya malam.

Bersambung.

Stories : Text

#JJR_Episode 1

Coming Soon : Salahnya Apa?

Cerita ini menggunakan bahasa indonesia

Stories : Text

Kebermanfaatan

25/04/2022

Terkadang aku berpikir, kenapa harus aku yang mengalami masalah ini? atau kenapa aku harus melalui masalah serupa yang berulang-ulang? Seakan- akan aku keledai yang selalu jatuh di lubang yang sama... Aku juga terkadang menyalahkan diriku sendiri, dosa apa yang ku perbuat sampai aku mendapatkan ujian seperti ini? hati yang tak tenang, menangis tanpa sebab, masalah yang seakan berputar seperti benang kasut...tanpa tau ujung akhirnya...

... pikiran negatif itu selalu muncul tatkala aku memikirnya demikian. Namun, aku baru saja tersadar diantara lamunan akan masalah emosi yang menghujani pikiran ku saat ini. Tiba-tiba aku terpikir tentang  kebermanfaatan. Seseorang pernanh memberitahuku tentang hal ini. Ya... kebermanfaatan yang kadang tak terpikirkan ketika maalah itu datang. Mungkin saja Allah berkehendak demikian terkait ujianku, agar aku bisa merasakan masalah yang mungkin juga dialami orang lain... alasan lain aku terjebak dalam masalah adalah agar aku belajar untuk bertahan, menemukan cara beradaptasi atau bahkan menerima masalah itu sebagai bagian dari pembelajaran menjadi dewasa.. bagian dari hidupku...


Lalu.. kenapa masalah itu bisa jadi kebermanfaatan? iya, karena saat aku sudah tau caranya bertahan, ketika aku sudah menemukan solusinya...aku bisa dengan mudah memberikan nasihat yang lebih relevan kepada orang yang mengalami masalah yang serupa. Karena aku tahu betul rasanya berada dalam situasi tersebut... Aku bisa memberikan nasihat yang lebih baik karena aku sudah pernah atau bahkan berulang kali mengalaminya.

Kebermanfaaatan itu... kebermanfaatan yang bukan hanya untuk ku tetapi bisa kubagikan kepada orang lain. Kebermanfaatan untuk orang banyak dari masalah yang ku hadapi saat ini. Aku harap.... aku berharap... masalah ini segera selesai bukan hanya berlalu, agar kelak jika bertemu dengan orang yang mengalami hal serupa....aku bisa membantunya melalui masalah itu. Memberikan kebermanfaaatan.

Stories : Text

Pertemuan yang Tiba-Tiba

#JJR_Episode 3

paper burning.jpg

Melysa tak tahu kalau kisah ini akan menjadi awal dari segalanya. awal dari perasaan bahagia. awal tertawa lepas karena malu. awal dari rasanya kecewa. awal putusnya harapan. awal sedih yang tak tertahan. dan awal dari itu semua yang bergabung menjadi satu. saat memulai kisah ini, dia tak tahu akan begitu besar dampaknya bagi hidup gadis kecil itu. Perjalanan kisah ini yang membuatnya merasakan awal dari semua itu,

perjalanan yang menjadikannya lebih dewasa.


Dia tak tahu apa yang direncanakan Tuhan saat itu, bagai arus air gadis kecil itu hanya mengikuti Muara Sungai kemana perginya ujung laut itu. Tanpa sadar kalau kisah itu awal dari segalanya. Pertemuan yang seakan tiba-tiba, tanpa rencana apalagi tujuan. Pertemuan itu. detik itu. ketika Melysa memutuskan membalas pesannya.


Tidak ada hal istimewa yang dia harapkan berbeda ketika ia membalas pesan pria itu. Kala itu ketika pria itumengirimkan pesan tentang postingan gambar hasil karyanya. Pun saat dia memutuskan untuk mengunggah hasil karyanya, Melysa hanya ingin mengapresiasi diri karena telah membuat gambar tersebut selama kurang lebih 10 jam. Ketika membaca pesannya, dia menganggap pria itu berbeda, karena alih-alih meninggalkan komentar, ia justru menghubunginya secara langsung. Menyapa nya dalam sebuah DM singkat yang saat ini ia ingin anggap itu tidak pernah terjadi. Saat ini Melysa berharap semua itu tak akan pernah dimulai. atau karena dengan membalas pesannya semua itu dimulai?. "Ia memuji karyanku, dan aku balas berterima kasih" ucapnya dalam hati. Namun, seakan mereka adalah bestie yang terpisah lama lalu bertemu kembali, merekq langsung akrab sejak hari itu.


Entah bagaimana, percakapan itu berjalan sangat lancar, Melysa memahaminya dan dia juga begitu. Mereka bagaikan sudah bestie-an sejak lama. Percakapan demi percakapan terus berlanjut, Melysa selalu menganggapnya teman yang baik. yang mengerti diriku, dan tahu bagaimana caranya membuatku bahagia. Namun, entah apa yang terjadi....awal yang terlihat menjanjikan harapan. Begitu saja sirna menjadi awal dari kerinduan, awal dari kesalahpahaman, awal rasa pilu, awal dari akhir segalanya...

Stories : About Me

Mental Health Matters

(10/04/2022)

This week I am doing clinical practice in a psychiatric hospital. This is my third time to take care patient with mental issues. I have met patients with hallucinations, suicidal behavior, isolation social, and violent behavior. I try to have a good therapeutic relationship with them.  Each patient has their own characteristic and story. l feel difficult to interact with patients who have isolation social. I try to communicate several times with them, but they just reply me with one or two words.  I have to make them trust me so they can open themselves. Sometimes I feel can't make it.


After meeting patients with several mental health issues, I am still curious why they can have that? What is the main and similar factor that leads them to have a mental issue? I still can't find the "red thread" for that. 


This experience makes me learn that everyone has a risk to have mental issues. They don't deserve any discrimination, cause we don't know how to struggle their life was,  how much their burden, and how much they try to survive.


Mental health matters for all people.


PS: I still have one week to go, fighting!

Stories : Text

Salahnya Apa?

#JJR_Episode1

“Salah ku apa? Salah ku apa?” kata-kata itu yang selalu berputar di kepalanya. Gadis berumur 14 tahun yang sedang berada di ruangan isolasi. Hanya aku dan dia sekarang di ruangan ini. Gadis itu terus menerus menjambaki rambutnya sendiri dan memukul kepalanya sambil memejamkan matanya. Aku menatapnya penuh iba seakan aku bisa mendengar jeritan hatinya. Aku menghela nafas panjang, ini baru hari ketiga dari dua minggu masa profesi disini, tetapi Aku sudah menemukan kasus yang cukup sulit. Aku coba meraih tangannya untuk mencegah ia menyakiti dirnya sendiri. Dan berkata dengan suara terlembut yang aku bisa “ Aya…”—

Kini, Aya bersedia membuka matanya dan tatapanya mulai tenang. Sepertinya ia sangat mengenal suaraku. Sekarang tatapan matanya seolah pasrah dengan apapun yang akan aku lakukan. Aku pun memulai dengan salam terapeutik dan memperkenalkan diri. “Halo aya, ini aku amel, temennya aya”—Seperti biasa, tidak ada satu pun kata yang terucap dari mulut gadis kecil itu. Akan tetapi, tatapannya kini mulai tenang.

Ini sudah kesekian kalinya dia berada di ruangan isolasi. Tapi tak banyak perubahan yang terjadi pada dirinya, kesetahan jiwanya tak kunjung membaik. Hari ini dia masuk karena tiba-tiba menjerit sangat keras dan melempar barang-barang didekatnya. Petugas yang berjaga pun terpaksa untuk membawanya kembali ke ruang isolasi.

“tolong aku, aku tidak tau salah aku apa, kenapa mereka membawaku kesini?”. Tidak banyak orang yang mengerti tentangnya, tapi hati kecil ku tau bahwa tatapan matanya mengatakan hal tersebut. Aku kuat-kuat  menahan tangis saat aku melihat pasien ku yang satu ini. Dia berbicara lewat tatapan matanya. Tak banyak yang bisa kulakukan saat itu – aku pergi setelah melihatnya dapat tenang dan meringkuk memeluk lututnya. Aya kini sudah tertidur, setelah ia capek menjerit dan menangis selama 15 menit.

Aku pun keluar ruangan itu menuju nurse station dengan banyak pertanyaan sambil menulis laporan handover “ Amel! Lagi apa?”. Suara khas Nisa sukses membuyarkan lamunanku—”Kaget tau nis” “ Lagian sih bengong,.Kamu mikirin apa sampe bengong gitu?”. “ini nis, tentang aya“. “Oh Aya,.. pasienmu yang baru ya? Emang kenapa dia?”  “ Dia ada di ruangan isolasi lagi”. “Oh.” Ucap Nisa dengan santai. Nisa memang punya kepribadian yang cuek pada masalah. “Alhamdulillah, sudah tenang dia.. sekarang lagi tertidur, kamu shift malem ya Nis..” “ Ia nih,kan gantiin kamu”. “Kalau gitu aku titip Aya ya” “Tenang… In sya Allah aku jagain mel” Aku pun mengangguk sambil tersenyum tipis.

Sepanjang perjalanan pulang, aku terus menurus menghela nafas panjang. “Hari yang luar biasa” pikirku. Sebagai Ners yang merawat Aya, aku selalu ingin melakukan yang terbaik pada pasien ku. Tapi pasien ku kali ini berbeda, dia unik. Entah kelebihan atau kekuranganku, aku seolah-olah bisa merasakan pengalaman yang mereka rasakan. Aku seakan-akan bisa menerka isi hati orang dari kata-kata dan tetapan matanya.

                                                                                                         ***

Pagi ini, Aya sudah diperbolehkan untuk keluar dari ruang isolasi. Kondisinya kini sudah tenang, tetapi Ia sangat murung. Aya adalah gadis termuda di bangsal. Sebagai yang termuda, dia tampak sering menyendiri, mengisolasi dirinya sendiri.  Akan tetapi, dia masih mau melakukan kegiatan bersama pasien lain. Sayangnya seperti biasa, hanya fisik Aya yang hadir akan tetapi pikiran dan jiwa nya enatah dimana. Aya hanya terdiam. Kegiatan di bangsal rumah sakit jiwa memang biasanya memiliki kegiatan bersama, seperti senam, makan dan menonton TV. Kini, mereka sedang asyik makan bersama, meski sibuk dengan dunia nya sendiri.                                           

                                                                                                         ***

Stories : Text

Namaku Melysa

#JJR_Episode2

7 tahun yang lalu.

Saat itu dia ingin pergi menjauh. Dia mengayuh sepedanya dengan cepat. Andai semudah itu bisa lari dari kenyataan Ia mungkin akan melakukannya berulang kali. Berharap dengan begitu luka hatinya dapat sembuh dengan cepat. Meski kini, umurnya masih terbilang muda untuk mengerti tentang itu. Dia mungkin hanya ingin lari agar tidak bertemu dengan Ayahnya atau mungkin Ia benar-benar tidak ingin lagi tinggal bersamanya. Di rumah yang menurutnya tidak layak disebut “rumah”. Bukan, bukan karena rumah yang sempit dengan lantai kayu dan letaknya yang terpencil. Tetapi karena hampir tak ada kehangatan keluarga didalamnya.

Sembari mengayuh sepedanya dengan cepat, tak terasa bulir air mata jatuh begitu saja dari pipinya. Membasahi pipinya membentuk riak seperti air sungai yang muaranya entah kemana. Awalnya tetes air matanya hanya satu dua, tetapi kini gadis kecil ini kewalahan menyekanya. Gerimis mulai rapat begitupula dengan deras air matanya. Seperti langit pun ingin menemani, tak ingin membiarkannya menangis sendirian. Ia berusaha menghapus air matanya, ingin terlihat seperti gadis yang kuat dengan terus memacu sepedanya menyusuri lembah. Tapi usahanya nihil, Ia justru jatuh tersungkur karena licinnya jalan tepat didepan halte bus tua. Kali ini Ia sudah tidak bisa menahan tangis, air matanya tumpah dan Ia menangis sejadi-jadinya. Tangisanya bukan karena lututnya yang berdarah atau sikutnya yang lecet, tangis itu karena Ia mengetahui hal yang tidak ingin dia ketahui.  Gadis itu berusaha bangkit dan duduk di bangku halte yang sudah berkarat. Lamunannya kembali pada kejadian setengah jam yang lalu. Sulit baginya untuk percaya. Sulit untuk merasa bahwa itu bukan salahnya. Apalagi dari sudut pandang gadis kecil yang masih polos, Ia tentu merasa bersalah.


Prang!

 “ Kamu tuh gmn sih? Hati-hati dong ceroboh banget” bukannya menolong kakinya yang berdarah, tapi ia malah dimarahi. Sikutnya tak sengaja menyenggol ujung meja. Gadis kecil itu hanya bisa minta maaf. Aya berusaha membersihkan kepingan-kepingan kaca itu dengan kain lap dengan tangan bergetar. Ayahnya lalu membentak, pecahan kaca tak sengaja mengenai kakinya

​Saat itu Ayahnya berteriak “Harusnya Ibumu tidak meninggal karena kamu!” Kalimat itu terucap begitu saja dari Ayahnya yang sedang marah. Dan gadis ini terkejut dengan perkataan itu? Ibu meninggal karena Aku? Apa yang terjadi? Gadis itu membatin. “Anak seperti kamu ga layak dilahirkan!” belum cukup Ia mencerna kalimat pertama, kini Ayahnya menambahkan kalimat yang menghujam hatinya. Sakit dan sedih campur jadi satu. Ia tak tahu harus membalas apa, tetapi tubuhnya ingin pergi segera meninggalkan Ayahnya diruang tamu dengan sisa serakan gelas kaca. 

Sekarang Ia memeluk lututnya, menunduk melihat ilalang liar yang tumbuh dibawah bangku tua halte itu. Tak beberapa lama sejak Ia tersadar dari lamunannya Ia melihat sepatu polakdot berwarna merah ada didekat kakinya. Seraya mendongakan kepala, gadis itu melihat sosok gadis lain yang menggunakan jaket berwarna kuning. Gadis itu lebih tua darinya sekitaran usia 17 tahun. Ia tersenyum kearahnya sambil melepas hoddie jaket dan melipat payung merahnya yang besar. “Are you okay?” itu kalimat pertama yang Ia ucapkan. “Hujannya tiba-tiba sekali ya” Ia pun duduk tepat disebelah gadis itu. Tanpa basi-basi Ia kemudian menyodorkan tangannya dan berkata “Namaku Melysa”. Dengan ragu, Aya menerima tangannya dan berkata singkat “Aya”. Ia kemudian memeluk kembali lututnya, bersikap acuh tak acuh.

                                                                                                             ***

Stories : Text

Hai! it's corona

#RandomStory

(20/04/20)

Alkisah di zaman itu..... ada seorang pengamat yang memperhatikan peristiwa. Dunia saat itu sedang heboh dgn nama ini "coronavirus".

.

Corona tuh virus baru. Nah, yg bikin heboh adalah karna waktu keluar kasus jadi serem gitu karna banyak yg meninggal (di wuhan). Tapi coba deh liat dari perspektif yang berbeda. Corona itu virus, dia jauh lebih kecil dari kita, sedangkan kita punya antibodi dalam tubuh yg jumlahnya jutaan. Kalo kita positif bisa ngatasin itu... sel-sel ditubuh juga bawaannya positif, jadi dia bikin cara untuk ngatasin si corona itu. Tau ga sih?Ketika kita bahagia kita memproduksi hormon endorfin, itu aja bisa jadi imunitas tersendiri bagi tubuh kita. Nah, jadi jangan terlalu parno tapi waspada aja. Ikutin aja para pakar kesehatan... anjurannya. 

.

Jangan ngeremehin juga virus ini dan malah bandel tetep ga jaga hygine, social distanting dan keluyuran di luar rumah. Untuk memerangi Virus corona ini bukan tugas tenaga medis doang, kalian juga mesti berperan. Jad kalo kita gotong royong pasti negri ini bisa kok ngatasin COVID-19. Yok bisa Yok!

.

Berdasarkan trias epidemi ada 3 hal yang berperan penting dalam terjadinya epidemi yaitu host, agent dan lingkungan. Tenaga medis mungkin bisa maintain kesehatan host yang terinfeksi, agent juga dapat dihilangkan dengan disinfektan. Tapi semua itu percuma kalau lingkungannya ga berubah, tetep aja jadi media penyebaran. Jadi baik itu host dan lingkungan harus kerjasama buat ngelawan nih agent (coronavirus). . . .

.

Nah, buat kalian emg masih parno sm virus mematikan ini. Kalian harus lebih cermat buat pahami gejalanya, cari sumber terpercaya dan segera lakukan isolasi diri kalau kamu emang ngerasain gejal itu, buat lebih pastinya konsultasikan pada tenaga medis (perawat atau dokter), soalnya gejala emang mirip cold dan flu yang emg biasanya tanda awal kalau kita kurang fit dan imun lagi lemah. Menurut WHO, gejala COVID-19 yang paling sering ditemukan tuh demam, batuk kering dan kesulitan bernafas. . Klo masih ragu kamu kena COVID atau ngga, segeralah lakukan test di RS yang emg nanganin kasus corona.

.

Have a great day 😊 stay safe and healthy.

(05/05/20)

Oh ya, you better read this. Virus ini kan emg nyerangnya saluran pernapasan. jd klo kamu perokok kamu harusnya berhenti mulai detik ini. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan bahwa asap rokok bisa menjadi media penularan virus klo perokoknya menderita COVID dan kamu kena asapnya. ngeri kan? apalagi klo perokok COVID tersebut ga sadar klo dia sebenernya udh terserang corona. Jadi, lebih yakin lagi kan buat ngehentiin rokok. Belum lagi masalah ini, bayangin aja. paru lo yang udh item gitu terus rusak rentan trs sekarang corona lagi merajalela, klo lu sampe kena corona ya Waassalam deh. risiko kematiannya lebih tinggi karena fungsi paru lu udh jelek gara2 lo ga nurut buat stop ngerokok. Wayulo... makanya sebelum terlambat. patahin tuh rokok. pilih rokok atau paru lu? 

Stories : Text

Hai! Virtual People.

28/08/2020

We live with an addiction.

Every person has their own world without really caring about others. We are staring at that little tiny thing called the cell phone.


Every minute, every second, every time.

Hours of our lives are stuck on social media. We live in a world where people are judging us by our profile picture, status, or posting on social media. We easily do that because like hiding in a shadow, we are not afraid to blame others because they can't see us in real; they can't find us in real life. Through the internet, many people show off their happiness, money, or private things that the public doesn't necessarily to know it. We make other personalities so it can be accepted as their image on socmed. Some people don't care about bad imaging; on the other hand, some people really try to show good imaging.

The worst of it is, that you can interact with people that far away from you, even on the other side of the world, but you are ignoring those close to you, your friends, and loved ones. That phone causes you to lose the chance to communicate with your mom, dad or maybe siblings. When you to busy using the gadget, you fritter away your life being busy with virtual friends, virtual faces of expression, and artificial feelings.

I just want to say that we always have to be ourselves no matter where it is. Social media it's just a different kind of communication. Don't be fake on it. Don't feel safe to say bad comments like hiding in the shadow of the internet. Because you have no idea how your words can hurt people, even in a virtual world. Don't easily judge people that you don't see in real life.


Be socialized in real life now. Take off your hand awhile from that phone. and talk to the people that near you by.


I said put your gadgets away for a while and enjoy the world around you. NOW!

Stories : Text

Hai! Ramadhan

#Ramdhan2020

Ramdhan kali ini memang beda. Dan ini ramadhan ku yang sangat memeberi perlajaran akan banyak hal. Aku menyadari bahwa hidup adalah sebuah kesempatan. Yup, kesempatan yang seharusnya digunakan dengan baik.

.

Ramadhan kali ini beda, suasana yang bisasnya hanya ada pas bulan suci ini jadi ga kerasa..

lantunan sholawat dan ayat suci sebelum maghrib pun jarang terdengar, bahkan sayup-sayupnya tidak. 
semua berubah karena qadar Allah, disini semua pada heboh karena COVID 

Aku takut menderita penyakit itu, tapi ada yang membuat ku lebih takut.

Akankah ini menjadi awal daripada akhir zaman? apakah aku sudah siap untuk semua keburukan, fitnah yang akan terjadi seperti yang dahulu pernah diceritakan?

Akankah aku termasuk golongan yang Allah rahmati di akhir zaman? termasuk golongan yang Allah sayangi?

Jujur, aku takut akan tidak termasuk golongan itu, karena kadang aku merasa tidak pantas

aku merasa tidak pantas karena banyak dosa yang telah ku perbuat 

aku sering merasa khawatir, tentang banyaknya kelalaian yang aku lakukan apalagi yang tidak membuatku tidak sadar.

Aku sering merasakan hal itu, kekhawatiran dan merasa bukan termasuk umat Rasulullah yang dahulu belaiau pernah rindukan..

Yaa Allah.. apakah aku pantas kembali pada-Mu dalam jannah-Mu?

Stories : Text
bottom of page